Karya: Mahrus Prihany

 

“Wan…Mawaaaannnnnn…..! Di mana kamu, Wan….?”

Terdengar teriakan Nek Ranti memanggil-manggil nama Mawan cucunya sedari tadi. Mungkin sudah hampir setengah jam perempuan tua berumur sekitar tujuh puluh tahun itu mencari cucunya. Aku yang sedang mengerjakan tugas mengoreksi hasil ulangan murid-murid terpaksa keluar rumah sebentar. Aku merasa iba dengan perempuan tua tetanggaku itu.

“Nek, mungkin Mawan sedang main bola di lapangan atau sedang main di rumah teman,” ujarku pada Nek Ranti.

“Masa’ siang-siang begini main bola tho, pak guru. Sudah beberapa hari ini kok ya anak itu sering menghilang, tidak siang ya tidak malam.”

“Ada apa tho cari-cari Mawan, Nek? Nanti kalau saya ketemu Mawan, saya bilang ke dia kalau Nenek sedang mencarinya,” kataku spontan.

Nek Ranti lalu bercerita padaku kalau Mawan cucunya itu belum makan siang. Biasanya cucunya itu setelah pulang menggembala kambing dan sapi serta menunggu padi di sawah, ia pulang dan mengaso sebentar sebelum membersihkan badan yang kotor akibat rumput untuk makanan sapi atau lumpur sawah. Sudah beberapa hari ini cucunya itu selalu tak ada di rumah sepulang menggembala atau dari sawah. Tentu hal ini agak membuat khawatir Nek Ranti. Aku manggut-manggut mendengarkan cerita Nek Ranti.

“Sering malam hari Mawan juga keluar rumah tak pamit. Nenek cari ke rumah teman-temannya juga tak ada dan mereka tidak tahu Mawan ke mana,” lanjut Nek Ranti.

***

Aku belum begitu lama mengenal tetanggaku itu, Nek Ranti dan Mawan cucunya. Baru beberapa bulan aku tinggal di desa yang terletak agak pedalaman ini. Aku ditugaskan untuk mengabdi menjadi guru di desa ini setelah lulus sebagai sarjana pendidikan dari sebuah perguruan tinggi ternama di kota provinsi. Aku bisa saja sebenarnya melamar kerja pada sekolah swasta ternama di kota yang gajinya jauh lebih bagus dari yang kuterima di desa ini. Jiwa pengabdianku sebagai pendidik dan ingin mencari suatu pengalaman kemanusiaan yang baru, maka aku bersedia ditempatkan di desa ini, sebuah desa agak terpencil yang aliran listrik pun belum lama masuk daerah ini. Aku tinggal di sebuah rumah kecil sendiri.

1 2 3 4

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *